Hal-Hal yang Pergi
Rp. 60.000,-
Penulis: Dahri Dahlan
ISBN: 978-602-51332-4-4
Cover: Soft Cover
Halaman: 101 Halaman
Berat : 30 gr
Ukuran : 14,5 x 21 cm
Sajak-sajak Dahri Dahlan tiba di hadapan saya saat saya baru saja menginjak usia 60, yaitu saat saya sedang mulai belajar menjadi tua. Sajak-sajak Dahri seakan-akan merupakan respons terhadap kegelisahan terbaru saya: kegelisahan mengenai bagaimana melewati hari-hari tua dengan tabah. Sajak pertama dalam antologi ini, “Rumahmu Sepi Abadi”, membuat saya termangu. Meskipun digubah oleh seorang penulis yang masih muda usia, sajak tersebut telah berhasil memberikan gambaran yang “indah” tentang apa yang akan dialami oleh seseorang di hari tuanya. Perpaduan antara kelenturan imajinasi dan penghayatan hidup yang intens memang bisa membuat seorang penulis mampu menembus waktu.
Gambaran tentang nasib orang tua di usia senja ditampilkan melalui deskripsi yang terasa wajar tapi meyakinkan. Perasaan sepi, sendiri, dan sia-sia bercampur aduk dengan perasaan ditinggalkan dan tidak berharga. Dan, sebagaimana beberapa sajak Dahri yang lain, sajak tersebut diakhiri dengan ending yang memukul: “kamu melambaikan tangan setelah mereka pergi. jam dinding berdetik berlalu, tak pernah sampai ke mana.” Itulah sajak yang menuntut kekuatan mental tersendiri bagi pembaca yang memiliki pengalaman langsung dengan apa yang dilukiskannya.
Dengan menempatkan sajak “Rumahmu Sepi Abadi” sebagai sajak pertama, Dahri tampaknya dengan sadar menyusun narasi permenungannya secara flash back. Ia mulai dengan narasi mengenai fagmen akhir hidup manusia, baru setelahnya menyajikan berbagai narasi yang mengantar seseorang ke dalam fragmen akhir tersebut. Dari sini dapat dipahami bahwa perasaan kesepian dan kefanaan yang membayang dalam sajak di atas tidaklah berdiri sendiri; ia merupakan konsekuensi dari segala yang dilakukan dan dialami dalam fragmen-fragmen hidup sebelumnya. Dengan kata lain, kesepian tidak sepenuhnya alamiah. Ia bisa merupakan akibat dari cara berpikir dan bertindak.